PROBLEMATIKA TATA KELOLA WAKAF DI LINGKUNGAN MUHAMMADIYAH ACEH

Main Article Content

Muharrir Asy`ari

Abstract

Abstrak: Tanah wakaf tak produktif di bawah pengelolaan Persyarikatan Muhammadiyah Aceh mencapai 566,375 m2 (32,68 %); tak bersertifikat mencapai 111 bidang tanah (50,22%); bukti tanah yang belum ada data yang valid mencapai 15 bidang (6,78%); dan banyak diperkarakan. Ini bertolak belakang dengan ruh gerakan Muhammadiyah yaitu pembaruan dan jargon Muhammadiyah mengembangkan Islam yang berkemajuan. Berangkat dari hal tersebut, artikel ini berusaha mengungkap akar permasalahan tata kelola wakaf di lingkungan Persyarikatan, melalui studi lapangan. Alat ukur yang digunakan adalah teori Total Quality Management (TQM) Tenner-DeToro. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa masalah perwakafan yang dihadapi Muhammadiyah di Aceh disebabkan antara lain (1) pengelolaan wakaf cenderung konsumtif-tradisional. Nuansa menjaga keabadian harta wakaf lebih menonjol dibanding upaya mengembangkan harta wakaf; (2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang miliki Muhammadiyah Aceh rendah dan sedikit, pemahaman wakif dan nazir yang keliru, manajemen pengelolaan yang cenderung tradisional, dan keberadaan Persyarikatan yang tidak disenangi sebagian masyarakat Aceh. Focus on customer, process improvement, dan total involvement dalam TQM cenderung diabaikan. Kata Kunci: wakaf, tata kelola/manajemen, tradisional, profesional, nazir.

Article Details

Section

Artikel

References

Abu Zahrah, Muhammad. Muḥāḍarāt fī al-Waqf. Jāmi`ah al-Dawl al-`Ᾱrabiyyah: Ma`had al-Dirāsāt al-`Arabiyyah al-`Ᾱliyah, 1959.

Al-Dusukī. Hasyiyah al-Dusuki ‘alā Syarḥ al-Kabīr, jilid 4. Kairo: Dār Iḥya’ al- Kutub al-`Arrabiyyah, 1980.

Ibn Qudāmah, al-Mughnī. cet III, juz 8. Riyaḍ: Sahnun, 1417 H/1997 M.

JE. Robbyantono. “Awqaf Productive Development”, Kertas Kerja, 2015.

Laporan Perkara yang Diputus pada Mahkamah Syar`iyyah se-Wilayah Aceh tahun 2016.

Laporan Perkara yang Diterima pada Mahkamah Syar`iyyah se-Wilayah Aceh tahun 2014 dan 2015.

Al-Nawawī. Al-Majmū’ Syarh al-Muhadhdhab, juz 16. Beirut: Dar al-Fikri, 1426 H/2005 M.

Nawāwī, Muhyī al-Dīn Abū Zakariyā Yaḥyā bin Syaraf al-., Ṣāḥīḥ Muslim bi Syarḥ al-Nawāwī, cet. I, Kairo: Maṭbaʻah al-Miṣriyyah, 1347 H/1929 M.

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1957 tentang Pembentukan

Pengadilan Agama/Mahkamah Syar`iyah di Luar Jawa – Madura.

Putusan Mahkamah Syar`iyyah Aceh Nomor 36/Pdt.G/2016/MA-Aceh.

Rusdi Sufi. “Perkembangan Muhammadiyah dan Kiprahnya dalam Bidang Politik pada Masa Kolonial di Aceh dalam Muhammadiyah dalam Perspektif

Cendikiawan. Banda Aceh: Gua Hira, 1995.

al-Sarakhṣī. Kitāb al-Mabsūṭ., cet. I, juz. III. Beirut: Dār al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1414 H/1993 M.

Sri Waryanti dkk, Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Aceh. Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, 2005.

Sudirman. Total Quality Management TQM untuk Wakaf. Malang: UIN-Maliki Press, 2013.

Surat Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Masjid Besar At-Taqwa Kecamatan Meureudu Nomor 27/BKM/V/2014 yang ditujukan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pidie Jaya, perihal Tanah Wakaf.

Syarbaynī. Mughnī al-Muḥtāj ilā Maʻrifah Maʻānī Alfāẓ al-Minhāj, jilid 2, cet. I. Beirut: Dār al-Fikr, 1424 H/2003 M.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengenalan Islam (LPPI), cet. VIII, 2006.