Hijriah: Loading...

Masehi: Loading...

Banda Aceh, Aceh, Indonesia 23111

Analysis of BKO Content (Antalgin and Dexamethasone) in Herbal Medicine Using Iodimetry Titration and HPLC Method

Authors

  • Agus Dwi Ananto Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, University of Mataram,
  • Lalu Undrus Yusditia M. G Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, University of Mataram
  • Lalu Sanik Wahyu F. A Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, University of Mataram

DOI:

https://doi.org/10.22373/ekw.v6i1.5428

Keywords:

Antalgin, Dexamethasone, TLC, HPLC

Abstract

Abstract : Misuse of adding chemical drugs – BKO – into herbal medicines is often done by irresponsible people. The aim is to increase efficacy instantly, to attract consumer interest. BKO, which are often added to herbal medicine, are antalgin and dexamethasone. Antalgin content analysis was carried out quantitatively using the iodimetry titration method by conducting a preliminary test. The dexamethasone content analysis was carried out with qualitative and quantitative methods. The qualitative method was carried out using TLC. The quantitative method was carried out using the HPLC technique. The results obtained for the analysis of antalgin content of 10 samples were obtained two samples of herbal medicine containing antalgin, respectively 0,0749% and 0,1083%. Analysis of the dexamethasone content from 10 samples obtained 5 herbal samples containing dexamethasone respectively 0.0979%, 0.222%, 0.4521%, 0.5131% and 0.2809%. So based on these results, it is necessary to take action from the relevant institution regarding the discovery of the content of BKO in the herbal medicine on the market in Lombok.

Abstrak : Penyalahgunaan penambahan bahan kimia obat (BKO) kedalam jamu sering sekali dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan khasiat secara instan, sehingga dapat menarik minat konsumen. BKO yang sering ditambahkan kedalam jamu adalah antalgin dan deksametason. Analisis kandungan antalgin dlakukan dengan cara kuantitatif menggunakan metode titrasi iodimetri dengan melakukan uji pendahuluan. Sedangkan analisis kandungan deksametason dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan KLT. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik HPLC. Hasil yang diperoleh untuk analisis kandungan antalgin dari 10 sampel didapat 2 sampel jamu yang mengandung antalgin masing-masing sebesar 0,0749% dan 0,1083%. Analisis kandungan deksametason dari 10 sampel diperoleh 5 sampel jamu yang mengandung deksametason masing masing sebesar 0,0979%; 0,222%; 0,4521%; 0,5131% dan 0,2809%. Sehingga berdasarkan hasil tersebut maka perlu dilakukan adanya tindakan dari instansi terkait perihal masih ditemukannya kandungan BKO dalam sediaan jamu yang beredar di pasaran pulau Lombok.

Author Biography

  • Agus Dwi Ananto, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, University of Mataram,
    I am a chemistry lecturer in Pharmacy dept. Medicine Faculty University of Mataram

References

Andriati and R.M. Teguh Wahjudi, (2016). Society’s acceptance level of herb as alternative to modern medicine for lower, middle, and upper class group. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik (MKP) 29(3), 133-145. http://dx.doi.org/10.20473/mkp.V29I32016.133-145

Aulia, D. S., Aprilia, H., dan Kodir, R. A. 2016. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol dan Deksametason pada Jamu Pegal Linu yang Beredar di Perdagangan dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Fase Padat – Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Prosiding Farmasi, pp. 446-453.

Banureah, E. M., “Analisis Kandungan Metampiron pada Jamu Tradisional yang Beredar di Kota Medan Tahun 2009”, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

Budiarti A., Faza M. B. A., (2018). Analisis Bahan Kimia Obat Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Cendekia Eksata 3(1), 1-6. https:// publikasiilmiah.unwahas.ac.id/ index.php/CE/article/view/2136/2140.

Fatimah S., Rahayu M., Indari D. F., (2017). Analisis Antalgin dalam Jamu Pegal Linu yang Dijual di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Journal of Health (JoH) 4(1), 29-34. https://doi.org/10.30590/vol4-no1-p29-34.

Nurohmah S., Mita S. R. (2017). Review Artikel: Analisis Bahan Kimia Obat (BKO) Dalam Jamu Menggunakan Strip Indikator. Farmaka suplemen 15(2), 200-206. https://doi.org/10.24198/jf.v15i2.13248.g6124.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003 Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Kemenkes Republik Indonesia. Jakarta. 2010.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional. Kemenkes Republik Indonesia. Jakarta. 2012.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Kemenkes Republik Indonesia. Jakarta. 2012.

Saputra S. A. (2015). Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Seduh Dan Kemasan Yang Dijual Di Pasar Bandar. Junal Wiyata 2(2), 188-192. https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/59/59.

Vera V., Irda Y., Irhamni, Saudah, Ernilasari, (2018). Biodiversitas Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Gampong Pulo Seunong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie. Elkawnie. 4(1), 89-100. http://dx.doi.org/10.22373/ekw.v4i1.3027.

Downloads

Published

2020-06-30

Issue

Section

Articles